Pengalaman Pertama ke Luar Negeri — Day 0 (Part 1)

Persiapan dan sebelum sampai ke Luar Negeri

Bervianto Leo Pratama
5 min readOct 15, 2023
Photo by Anne Nygård on Unsplash

Halo, semua pembaca! Ini cerita ringan saya. Iya, seperti curhat aja ya. Saya akan berusaha untuk meringankan porsi bacaan ini.

Awal Mula

Jadi ini merupakan tulisan yang ringan dan sekedar membagikan pengalaman saya. Saya berharap tidak ada istilah teknis yang begitu banyak. Sedikit gambaran, saya diundang untuk menghadiri HashiConf 2023 oleh HashiCorp dan disponsori oleh mereka.

Belum Pernah ke Luar Negeri

Saya belum pernah menginjakan kaki saya di negeri luar. Bahkan saya tidak pernah liburan keluar Jawa/Sumatra. Jawa pun baru Jawa Barat. :’) Sedih ya. Memang iya, saya bukan orang kaya yang punya uang bisa kemana-mana kapanpun dia mau. Saya masih jadi Sandwich Generation, jangan berharap banyak.

Awalnya Pesimis untuk Pergi

Iya, saya awalnya pesimis untuk pergi. Saya mengisi form minat untuk menghadiri HashiConf 2023. Namun saat breefing, mereka (HashiCorp) mengatakan tidak menyediakan sponsor untuk menghadiri HashiConf 2023 tersebut. Saya jadi sangat pesimis akan ikut. Hitung saja, tiket pulang-pergi itu sekitar 20 juta lebih. Belum biaya hotel, transportasi, visa (waktu itu saya belum ada), dll. Bisa-bisa sudah habis 50 juta lebih (uang dari mana ya kan). Walaupun mereka memberikan kita gratis tiket masuk HashiConf 2023 itu, itu masih sangat berat. Nah, singkat cerita bulan Juli saya dikabarkan bahwa mereka menyanggupi untuk membantu dalam hal tiket pulang-pergi dan hotel. Wah, saya senang sekali dong, itu sangat membantu saya.

Apply Visa

Photo by Agus Dietrich on Unsplash

Ini adalah epic-moment saya. Wah, saya menghadiri interview visa di saat Jakarta sedang tinggi-tingginya soal polusi udara. Benar saja, saya 3 hari sebelum menghadiri interview, saya jatuh sakit dan demam. H-2 dan H-1 saya masih batuk namun “tidak begitu” parah. Saat saya sampai Jakarta sekitar jam 10-an, saya langsung ke tempat penginapan. Saya tidak bisa tidur karena kedinginan, karena saya tidak tau cara mengecilkan pendingin udaranya. Mungkin kamu akan tau tempat penginapan apa ini sehingga saya tidak mengetahuinya. Hahaha…

Oh ya, saya apply visa ini bulan Agustus. Perjuangannya benar-benar berat karena saya tidak dalam kondisi yang baik. “Bodoh”-nya saya membawa laptop saat itu, saya berjaga-jaga jika ada dokumen yang kurang saya bawa. Namun, hal ini membawa perkara lain, saya jadi harus menitip barang saya di Gambir karena mereka (Embassy) tidak menerima penitipan laptop. Jadi, saya harus bolak-balik Gambir-Embassy.

Oke, saya skip beberapa proses ya, intinya saya sudah isi DS-160, mendaftarkan appointment untuk interview, dan saat hari H saya sudah ada di sekitar Jakarta. Ada beberapa kejadian unik:

  1. Saya dikira mau bertemu atau mengambil sesuatu (bukan untuk interview), jadi saya disuruh menunggu di luar Embassy dekat persimpangan jalan yang cukup jauh dari Embassy. Tapi, untungnya ini tidak membuat saya telat ya. :D
  2. Saat masuk pemeriksaan barang, di depan saya, saat diberi tahu ada barang yang dicurigai, dia mengelak ada barang tersebut. Ini sepertinya ada masalah miskomunikasi saja. Jadi, tas orang depan saya berkali-kali di-scan menghambat proses yang lain. Penjaga tersebut kemungkinan tidak diperbolehkan membongkar tas-nya. Jadi akhirnya penjaga meminta izin untuk membongkar dan benar yang dicurigai ada barang tersebut, namun pembawa barang mengelak dengan bilang lupa. Padahal jika ingat dan menunjukan barangnya, tidak akan lama. :’)
  3. Singkat cerita, saya sudah di barisan interviewer. Oke, ini menarik, karena saya hanya sebentar ditanya-tanyanya. Gak mau spill pertanyaannya. Intinya tidak lebih dari 4 pertanyaan. Saya senang banget lah karena dapet kertas putih. Saya sudah deg-degan karena 2 orang sebelum saya itu ditolak. Saya sudah pasrah, ah, kalau batal karena visa, ya udahlah. Oh iya, kenapa saya pesimis, terlalu banyak orang yang mengatakan harus udah pergi ke beberapa negara dulu biar bisa diterima. Lah, saya mana punya uang sebanyak itu. :’) Saya bisa bayar biaya visa saja sudah sangat bersyukur.

Saya tidak punya cerita spesial saat persiapan sebelum berangkat. Intinya ya mempersiapkan uang cash (ini penyelamat saya saat sudah tiba di Amerika) dan beberapa persiapan lainnya.

Day 0

Oke, sebelum saya masuk ke Day 1 dan seterusnya, saya membahas di awal-awal dulu ya.

Ke Bandara Soekarno-Hatta

Wah, ini epic. Saya berangkat dari Bandung itu sekitar jam 10 malam sebelum hari H terbang. Saya terbang dari Jakarta itu Senin pagi sekitar jam 5 pagi ke Singapura. Saya berangkat lebih awal, biar gak telat pastinya. Wah, saya gak bisa tidur. Mata mengantuk tetapi harus menunggu counter check-in buka untuk menaruh bagasi. Intinya saya belum tidur. :)

Ke Singapura

Di pesawat Jakarta-Singapura, saya gak terlalu tidur, cukup cepat penerbangannya bahkan tiba lebih awal dari yang dijadwalkan. Selesai makan, eh udah sampai. :D

Sesampainya di Singapura, saya harus bersiap ke Gate yang menuju San Francisco. Saya gak tau Gate yang mana dan untungnya ada uncle yang membantu membuka aplikasi untuk mengecek informasi Gate. Waktu transit saya singkat, hanya 1 jam. Untung saja di terminal yang sama, wah, saya udah khawatir ketinggalan kalau beda terminal. Di Singapura ini gak banyak cerita, ya itu, karena cuman 1 jam, saya hanya bisa langsung ke Gate, dan itu udah ramai yang mengantri. Semua aman-aman saja sih di sini.

Oh ya, saya gak terlalu sempat untuk mengecek melalui WiFi maupun koneksi roaming. Memakan waktu cukup lama yang akhirnya saya menanyakan petugas bandara saja biar lebih singkat. :’)

Ke San Francisco

Untungnya saya berhasil masuk Gate dan pesawat. Oke, saya singkat saja. Saya tidak bisa tidur lagi. Ya, tidur-nya tipis-tipis, ada tidur tapi ya singkat-singkat durasinya. Lebih banyak saya terbangun karena merasakan turbulence. Singkat cerita, saya tiba di SFO (bandara Internasional San Francisco) itu pagi, sekitar jam 7 (15 jam penerbangan kalau gak salah ya), lebih awal dari jadwal. Capek? Pasti!

Wah, banyak kejadian epic saat tiba. Saya akan cerita di-part selanjutnya. Tenang ini bukan story-story yang ada di Youtube Short yang Part-1 tapi tidak ada Part-2-nya. Sedikit spill, saya lama di gate imigrasi dan taulah apa efeknya. :’)

Photo by Abbie Bernet on Unsplash

Stay tune for the next story! Saya mau pembacaan ini ringan-ringan saja. Jadi gak mau terlalu panjang. Part-2 nya atau Day 1 saya akan membahas apa saja yang terjadi di hari Senin-nya, jadi sampai di sana itu masih Senin ya, walaupun di Indonesia sudah Selasa, haha... GMT -7 vs GMT +7, beda 14 jam. Jetlag merupakan hal yang wajar. haha…

--

--

Bervianto Leo Pratama

Software Engineer | AWS Community Builder | HashiCorp Ambassador | Focus on Microservices and Cloud Computing